Perkembangan Bahasa pada Anak


A.    Konsep Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang lain yang terdiri dari daya cipta dan sistem aturan.  Sistem aturan ini meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik (Santrock. 2007). Manusia mempunyai daya cipta untuk menciptakan banyak seperangkat kata dalam kalimat yang bermakna. Wiyani  (2014) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa merupakan perubahan sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan bicara anak. Sementara para ahli psikolog mendefinisikan perkembangan bahasa  adalah kemampuan individu dalam menguasahi kosakata, ucapan, gramatika dan etika dalam mengucapkannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur  kronologisnya (Santrock. 2007).
Bahasa dapat membuat manusia semakin berupaya  untuk kreatif. Sejalan dengan perkembangan individu, perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang  kompleks yang berkembang pada awal masa kanak-kanak.  Proses perkembangan bahasa pada masa anak-anak sangat cepat sehingga dalam waktu singkat anak mampu menguasahi banyak kosa kata, ucapan, dan cara mengucapkannya (Yusuf. 2012).  Selanjutnya Wiyani (2014) menjelaskan bahwa fungsi bahasa bagi anak yaitu (1) alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan anak, (2) alat unuk menjamin komunikasi anak dengan orang lain, dan (3) merupakan alat yang digunakan anak untuk hidup bersama orang lain disekitarnya.
Penelitian yang dilakukan pada perkembangan bahasa anak ini tidak terlepas dari pandangan, hipotesis atau teori psikologi yang dianut. Ada 3 pandangan atau teori perkembangan bahasa anak antara lain sebagai berikut.
1. Pandangan Nativisme (Nature)
            Pandangan ini berpendapat bahwa  penguasaan bahasa pada anak bersifat alamiah (nature), selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis sudah diprogramkan.  Kaum nativis ini berpendapat bahwa bahasa terlalu kompleks dan rumit ssehingga mustahil dapat dipelajari dengan suatu metode peniruan (imitation).
2. Pandangan Behaviorisme (Nurture)
            Kaum behavioristik menyatakan bahwa pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Menurut kaum behavior ini kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh dari lingkungannya. Jadi, perkembangan bahasa menurut pandangan behavior adalah merupakan pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai pada kemampuan sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian stimulus-respon (S-R) dan proses peniruan (imitation).
3. Pandangan Kognitivisme
            Menurut pandangan ini, Jean Piaget (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa bahasa bukan merupakan suatu ciri alamiah yang terpisah namun salah satu kemampuan yang berasal dari kematanagn kognitif. Jadi, tingkat urutan perkembangan kognitif menentukan tingkat urutan perkembangan bahasa.

B.     Tahapan Perkembangan Bahasa
Santrock (2007) membagi perkembangan bahasa dalam tahapan perkembangan bahasa sebagai berikut.
1.      Masa Bayi
Bayi dalam perkembangannya, menjalani pola perkembangan bahasa yang serupa seperti halnya dengan kejadian berikut.
a.       Celoteh dan Vokalisasi
Bayi sejak dilahirkan  secara efektif telah mengeluarkan suara. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian pengasuhnya dan orang lain dalam lingkungannya. Rangkaian gerak isyarat bayi antara lain yaitu (1) Menangis, disebabkan karena keadaan yang tidak nyaman, atau ada banyak hal lainnya; (2) Cooing, Bayi mendekut (cooing) berinteraksi mengeluarkan suara “ooo” atau “goo”; (3) Celoteh, Tahapan ini terjadi saat pertengahan tahun pertama dan termasuk menggabung-gabungkan kombinasi konsonan-vokal seperti ma-ma, pa-pa; (4) Gerakan, Bayi mulai menggunakan gerakan seperti menunjuk, mengangguk, melambaikan tangan kira- kira pada usia 8 sampai 12 bulan.  
b.      Mengenali Bunyi Bahasa
Sebelum bayi dapat berbicara, mereka membuat pembedaan antara bunyi-bunyi bahasa
c.       Kata- kata yang Pertama (8-12 bulan)
Pada tahap ini bayi mampu mengeluarkan kata mereka yang pertama. Namun sebelum tahap ini bayi sudah dapat berkomunikasi dengan orang tua mereka umumnya dengan gerakan tubuh dan suara mereka yang khas.  
d.      Ucapan-Ucapan Dua Kata
Ketika anak berusia 18-24 bulan, mereka mampu mengucapkan dua kata untuk menyampaikan makna. Selain itu anak juga sangat tergantung pada gerak tubuh, nada dan konteks.  
2.      Masa Kanak-Kanak Awal (2-3 tahun hingga sekolah dasar)
Tahapan ini anak mulai bergerak menuju kombinasi kata. Peralihan dari kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks. Ditandai dengan kemampuan sebagai berikut.
a.         Memahami Fonologi dan Morfologi
Selama tahun prasekolah ini anak mulai sensitif terhadap bunyi-bunyi kata yang diucapkan. Saat mereka melalui masa pengucapan dua kata menunjukkan bahwa anak mengenal aturan morfologi
b.         Memahami Sintaksis
Anak- anak prasekolah juga mempelajari dan mengaplikasikan aturan sintaksis dalam menyusun kalimat untuk berkomunikasi.
c.         Kemajuan dalam Semantik
Kosakata anak berusia 6 tahun berkisar 8.000 sampai 14.000 kata. Dengan demikian pembelajaran kata dimulai dari anak berusia 12 bulan dengan mempelajari kira –kira 5 hingga 8 makna kata baru per hari.
d.      Kemajuan dalam Pragmatik
Anak usia 6 tahun akan lebih pandai melakukan percakapan dibanding dengan anak dengan usia 2 tahun. Pada usia 4 tahun anak mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain dalam percakapan.
3.      Masa Kanak-kanak Menengah dan Akhir (7- 14 tahun)
Pada tahapan ini anak memasuki sekolah dasar dan memperoleh keahlian yang memungkinkan anak membaca dan menulis.
a.         Kosakata dan tata Bahasa
Pemikiran kata-kata pada tahapan ini akan mengalami perubahan. Mereka menjadi kurang terikat pada tindakan dan persepsi yang diasosiasikan dengan kata-kata dan anak-anak lebih analitik dalam pendekatan mereka dengan kata–kata. Selama anak dalam sekolah dasar, anak lebih mampu memahami dan menggunakan tata bahasa yang kompleks.
b.         Kesadaran Metalinguistik
Anak-anak akan meningkatkan pengetahuan mereka tentang sintaksis dan berbicara tentang komponen kalimat seperti subjek dan kata kerja. Anak juga dalam tahap ini telah mengalami kemajuan dalam menggunakan bahasa secara tepat dengan kata lain secara pragmatik.
c.       Bilingualisme
Merupakan kemampuan anak untuk dapat berbicara dalam dua bahasa. Anak yang fasih berbicara dalam dua bahasa akan menunjukan kinerja kontrol perhatian, formasi konsep, pemikirn analitis, flesksibilitas dan kompleksitas kognitif yang lebih baik dibanding anak-anak yang hanya menguasai satu bahasa.
4.      Masa Remaja (15-20 tahun)
Perkembangan bahasa pada tahap ini meliputi peningktan penguasaan dalam penggunaan kata-kata yang kompleks. Remaja mampu mengembangkan kemampuan kata-kata. Mereka membuat kemajuan dalam metafora yaitu membandingkan makna antara dua hal yang berbeda. Selain itu remaja mampu menggunakan satire yaitu penggunaan ironi, cemooh atau lelucon. Karikatur salah satu contoh dari satire. Para remaja muda sering berbicara dengan rekannya dengan menggunakan dialek yang berisi jargon.  

C.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Santrock (2007) menjabarkan terdapat dua faktor utama dalam perkembangan bahasa anak, faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Biologis
Anak-anak secara biologis terprogram untuk belajar bahasa sejak dilahirkan kedunia melalui perangkat perolehan bahasa (Lenguage Acquisition Device/LAD). LAD merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat mendeteksi gambaran dan aturan bahasa, termasuk fonologi, sintaksis, dan semantik (Chomsky dalam Santrock. 2007). Melalui perangkat perolehan bahasa tersebut proses bahasa terjadi terutama di otak sebelah kiri, yaitu di area Broca dan Wernicke.
2.      Lingkungan
Lingkungan dalam perkembangan bahasa memberikan pengaruh pada pengalaman anak, jenis bahasa yang digunakan, dan kontek dimana pembelajaran terjadi sehhingga dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa. Pandangan ahli behaviorisme mengatakan bahwa anak-anak menguasai bahasa sebagai hasil dari reinforcement dalam interaksi dengan lingkungan (Skinner dalam Santrock. 2007). Sementara Bruner (dalam Santrock. 2007) mengusulkan bahwa konteks sosiobudaya sangat penting dalam memahami perkembangan bahasa anak, sehingga peran orang tua dan guru menyusun sistem pendukung peguasaan bahasa (language acquisition support system/LASS) dalam membantu perkembangan bahasa anak. Untuk itu orang-orang dewasa dapat membantu anak dalam menguasai bahasa melalui percakapn langsung, penyusunan ulang, perluasan, dan pelabelan. Kuantitas percakapan orang tua kepada anak berhubungan langsung dengan pertumbuhan kosakata anak, sehingga orang tua sebaiknya berbicara seara ekstensif dengan anak dalam masa perkembangannya.
Sementara Wiyani (2014) mengungkapkan terdapat lima faktor dalam yang berpengaruh terhadap bahasa anak. Faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Faktor kesehatan
Saat anak pada usia  tahun pertama anak sering mengalami sakit-sakitan, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya, untuk itu menjaga kondisi kesehatan bayi dengan sangat penting terhadap perkembangan bahasa.
2.      Intelegensi
Anak dengan intelegensi yang normal atau bahkan diatas normal akan memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat jika dibandingkan dengan anak yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah.
3.      Status ekonomi keluarga
Berhubungan dengan kesempatan belajar anak pada proses perkembangan bahasanya, tingkat pendidikan orang tua, dan perhatian terhadap anak.
4.      Jenis kelamin
Pada masa anak-anak, terutama saat memasuki usia 2 tahun, ank perempuan akan menunjukkan perkembangan bahasa yang lebih cepat daripada pria.
5.      Hubungan keluarga
Pengalaman berinteraksi dengan ingkungan keluarga, terutama orang tua sangat berpengaruh terhadap kemampuan bahasa siswa.

D.    Problematika Perkembangan Bahasa
Terdapat beberapa anak yang mengalami masalah terhadap perkembangan bahasanya. Masalah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.      Gangguan bahasa reseptif
Merupakan gangguan yan dialami oleh anak dalam menerima informasi dari orang lain dalam bentuk verbal/suara meskipun dia dapat mengerti dengan informasi yang disampaian orang tersebut. Ciri anak yang mengalami gangguan reseptif antara lain: tidak mendengarkan saat diajak bicara, kurang memberikan respon/ tanggapan, tidak mampu memahami kalimat, dan tidak mengerti instrksi secara lisan.
2.      Gangguan bahasa ekspresif
Merupakan gangguan yang dialami anak dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan, meskipun dia memahami apa yang dikatakan orang lain pada dirinya.
Ciri anak yang mengalami gangguan ekspresif antara lain: anak tidak mau bicara, perbendaharaan kata terbatas, kesalahan kosakata, kesulitan dalam berkomunikasi/percakapan, sulit menceritakan kembali peristiwa.
3.      Gagap
Gagap merupakan gangguan bicara berupa kesalahan dalam ucapan dengan mengulang-ulang bunyi suku kata/kata yang disebabkan oleh gangguan psikofisiologis. Ciri anak yang mengalami gagap yaitu: usia lebih dari 5 tahun, pengulangan berlebihan pada suatu kata atau beberapa kata, menngkatkan perpanjangan kata, sulit berbicara, ketegangan diwajah, mengubah kata-kata yang diucapkan.

E.     Cara Memfasilitasi Perkembangan Bahasa Anak
Ahli lingustik Naomi Baron (dalam Santrock. 2007) menjelaskan beberapa hal kepada orang tua atau guru untuk mendukung perkembangan bahasa anak. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Bayi
a.       Menjadikan partner bicara yang aktif
b.      Berbicara seolah-olah bayi memahami apa yang dikatakan
c.       Menggunakan gaya bahasa yang nyaman
2.      Anak-anak
a.       Menjadi partner bicara yang aktif
b.      Selalu mendengarkan apa yang anak bicarakan
c.       Menggunakan bahasa yang sesuai dengan mempertimbangkan untuk mempeluas keahlian bahasa anak
d.      Sesuaikan dengan kemampuan anak anda
e.       Kurangi membuat perbandingan normatif
Untuk mengoptimalisasikan perkembangan bahasa pada anak dapat dilakukan berupa latihan-latihan yang dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui kegiatan, kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Emergent Literacy
Merupakan kegiatan yang berujuan untuk memberikan pengaruh kepada anak untuk gemar dalam literasi (meliputi proses membaca, menulis, berbicara, mendengar, membayangkan, melihat), sehingga semakin kaya kosa kata bahasa semakin mudah anak memaknai tulisan, mengerti artinya, dan semakin cepat belajar dalam perkembangan bahasanya (Ruhaena. 2014).  
2.      Kegiatan Bermain Sosial (Social Play)
Kegiatan ini menuntut anak untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak yang lain. Terdapat dua jenis kegiatan dalam bermain sosial antara lain sebagi berikut.
a.       Bermain Asosiatif
Merupakan kegiatan bermain yang ditandai dengan adanya komunikasi dan interaksi antar anak yang sedang bermain (Wiyani. 2014). Dapat dilakukan dalam bentuk meminjam mainanan antar teman atau memberikan komntar terhadap aktifitas teman.
b.      Bermain kooperatif
Merupakan kegiatan bermain yang tidandai dengan adanya kegiatan kerjasama antar anak dengan teman yang lain (Wiyani. 2014). Dalam kegiatan ini terjadi pembagian tugas/peran untuk mencapai suatu tujuan dalam permainan
3.      Kegiatan bermain Peran (Role Play)
Kegiatan bermain peran dimaksudkan untuk mengajarkan kepada anak tentang materi pelajaran melalui pengembangan imajinatif, daya ekpresi, dan penghayatan. Dengan kegiatan bermain peran ini mengajarkan anak untuk berlatih mengunakan bahasa baku dan percakapan praktis dalam kegiatan sehari-hari (Siska. 2011)
4.      Bermain Boneka Jari
Merupakan salah satu mainan edukatif yang bisa digunakan untuk meningkatkan keterampilan bahasa denan cara anak dapat menceritakan dam membuat percakaan boneka dengan bahasanya sendiri.
5.      Media Interaktif
Media yang menggabungkan unsur gambar, suara, animasi, dan video dalam sebuah satu kesatuan yang apabila digunakan dengan tepat, dapat meningkatkan perkembangan anak (Rahmawati. 2016). Media interaktif dapat berupa DVD edukasi, aplikasi edukasi, dan  TV Edukasi.




DAFTAR RUJUKAN

Rahmawati, Wida. Nugraheni, Arwinda &Rahmadi, Farid Agung. 2016. Pengaruh media Interaktif terhadap Perkembangan Bahasa Anak 2-3 tahun. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Diunduh dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/15982
Ruhaena. L. 2014. Kemampuan dasar literasi. Publikasi Ilmiah UMS. Diunduh dari https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5559/ BAB%20II.pdf?sequence=3
Santrock. 2007. Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga
Siska, Yulia. 2011. Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini. Jurnal UPI. Diunduh da http://jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf
Wiyani, Novan Ardy. 2014. Psikologi perkembangan anak usia dini. Yogyakarta: Gava Media
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: Rosda


Post a Comment

Previous Post Next Post