IMPLIKASI PROFIL PELAJAR PANCASILA TERHADAP KETAHANAN PRIBADI SISWA KELAS VI SDN GUBENG I SURABAYA
Arif Riska Nurcahyo
SD Negeri Gubeng I Surabaya
Abstrak: Pengaruh dari berubahnya pembiasaan yang dilakukan siswa pada saat belajar di rumah membuat siswa melakukan kebiasaan baru di lingkungan rumah. Pembiasaan tersebut memberikan pengaruh juga terhadap fisik dan motivasi siswa sebagai factor internal. Fisik siswa dalam belajar di rumah terbiasa melakukan pembelajaran dengan jarak jauh menggunakan aplikasi dan software sesuai dengan yang digunakan oleh masing-masing Lembaga. Sehingga fisik siswa lebih terbiasa dengan duduk dan menyimak penjelasan guru melalui video call. Melalui penerapan Profil Pelajar Pancasila yang dikemas dalam Kegiatan Unjuk Kerja dan Karya di Kelas 6, diharapkan dapat memengaruhi sikap dan perilaku siswa kelas 6 dalam mempersiapkan ujian sekolah yang akan dihadapi beberapa bulan berikutnya. Siswa kelas 6 telah menerapkan nilai-nilai Pancasila yang terdapat pada elemen kunci Profil Pelajar Pancasila. Penerapan tersebut memberikan dampak kepada siswa untuk mengatasi masalah di sekitar siswa. Pribadi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun beberapa siswa belum melaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini menyebabkan ketahanan pribadi siswa menjadi meningkat dari sebelumnya. Sehingga siswa dapat mengondisikan dirinya dalam menghadapi ujian sekolah dan pendaftaran di jenjang selanjutnya
Kata kunci: Profil Pelajar Pancasila, Ketahanan Pribadi
PENDAHULUAN
Pembelajaran jarak jauh yang telah dilakukan siswa pada masa pandemic memberikan pengaruh secara signifikan. Pengaruh tersebut terdiri dari factor internal dan eksternal. Pengaruh dari berubahnya pembiasaan yang dilakukan siswa pada saat belajar di rumah membuat siswa melakukan kebiasaan baru di lingkungan rumah. Pembiasaan tersebut memberikan pengaruh juga terhadap fisik dan motivasi siswa sebagai factor internal. Fisik siswa dalam belajar di rumah terbiasa melakukan pembelajaran dengan jarak jauh menggunakan aplikasi dan software sesuai dengan yang digunakan oleh masing-masing Lembaga. Sehingga fisik siswa lebih terbiasa dengan duduk dan menyimak penjelasan guru melalui video call. Aktivitas siswa yang kurang gerak dalam pembelajaran dalam jangka lebih dari setahun memungkinkan siswa terbiasa hanya belajar dengan mendengarkan dan menulis. Disamping itu, siswa mengalami penurunan minat untuk gerak dalam belajar. Sedangkan motivasi pada diri siswa mengalami perubahan daripada sebelum pandemic. Perubahan tersebut memberikan pengaruh khusus pada tugas-tugas yang telah dikerjakan siswa dengan hasil yang kurang maksimal.
Belajar di rumah memberikan pengaruh besar ke siswa melalui lingkungan siswa atau factor eksternal. Lingkungan siswa ini terdiri dari sosialnya dan media yang digunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Social siswa merupakan lingkungan siswa yang digunakan untuk berhubungan dengan teman maupun keluarga, sedangkan media berupa perangkat atau sarana atau fasilitas siswa di rumah untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Keduanya itu mengubah sikap dan perilaku siswa saat belajar di rumah. Perubahan itu dikarenakan adanya kegiatan yang terus berulang setiap harinya selama setahun lebih hingga mengubah kebiasaan siswa.
Perubahan kebijakan yang dilakukan pemerintah telah mengubah peraturan pembelajaran yang bermula pembelajaran jarak jauh berubah menjadi pembelajaran tatap muka. Kebijakan tersebut telah menyebabkan siswa beradaptasi Kembali dengan belajar tatap muka. Siswa Kembali belajar di sekolah dalam ruang kelas dengan bertemu guru dan temannya. Berbeda dari tahun sebelumnya, siswa beradaptasi dengan sikap perilaku yang diperlukan kedisiplinan dan menaati peraturan yang ada di kelas. Karakteristik siswa kelas 6 dengan perubahan fisik dan psikisnya dalam peralihan masa anak ke masa dewasa atau disebut dengan masa remaja, dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa di kelas setelah pembelajaran jarak jauh kemudian berubah pembelajaran tatap muka.
Pembelajaran tatap muka di kelas 6 membuat guru dapat mengoptimalkan model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran tersebut memengaruhi sikap dan perilaku siswa dalam belajar di dalam kelas. Selain untuk mengubah sikap dan perilaku siswa, model pembelajaran dapat memengaruhi hasil belajar siswa. Permasalahan yang muncul di kelas setelah perubahan kebijakan yaitu sikap dan perilaku siswa yang kurang menaati peraturan di kelas. Hal tersebut, memberikan masalah kepada proses belajar mengajar secara langsung. Masalah yang dialami oleh siswa mengganggu proses belajarnya di kelas. Pengendalian diri siswa Ketika belajar tidak seperti biasanya. Sehingga guru perlu waspada terhadap ketahanan pribadi siswa kelas 6 saat di kelas. Selama ini ketahanan pribadi siswa menjadi hal utama dalam mendampingi hasil belajar siswa di kelas (Rusnaini, R., dkk., 2021). Ketahanan pribadi siswa di sekolah dasar meliputi sikap dan perilaku di kelas. Melalui penerapan Profil Pelajar Pancasila yang dikemas dalam Kegiatan Unjuk Kerja dan Karya di Kelas 6, diharapkan dapat memengaruhi sikap dan perilaku siswa kelas 6 dalam mempersiapkan ujian sekolah yang akan dihadapi beberapa bulan berikutnya. Sikap dan perilaku siswa kelas 6 yang sudah siap sebelum jenjang SMP, dapat juga sebagai bekal siswa untuk bersaing dan beradaptasi di jenjang SMP sehingga ketahanan pribadi siswa di SMP lebih siap dari sebelumnya.
METODE PEMECAHAN MASALAH
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 bahwa Profil Pelajar Pancasila sesuai visi dan misi kemdikbud. Pelajar Pancasila itu sendiri adalah aksi nyata pelajar Indonesia dalam perannya sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan ciri-ciri utama yaitu, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (Kemdikbud, 2020). Siswa sekolah dasar pada elemen kunci beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat beribadah sesuai dengan agamanya, memiliki akhlak pribadi, kepada manusia, alam, dan bernegara dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep ketahanan pribadi adalah turunan dari konsep ketahanan nasional. Menurut Widayanti, dkk. (2018), ketahanan pribadi meningkat menjadi ketahanan masyarakat dan akhirnya mewujudkan ketahanan nasional yang didalamnya terkandung unsur utama yaitu keuletan dan ketangguhan. Rasa kebangsaan yang berimplikasi terhadap ketahanan pribadi memiliki keterkaitan dengan salah satu nilai utama dari PPK, yaitu nilai Nasionalis. Pengertian nasionalis adalah cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak yang mencerminkan jiwa nasionalisme yang tinggi. Sehingga ketahanan pribadi perlu dipengaruhi oleh beberapa nilai-nilai Pancasila yang dapat membuat siswa ulet dan Tangguh dalam menyelesaikan tantangan di kehidupan sehari-hari
Ketahanan pribadi menggambarkan kemampuan internal seseorang dalam mengatur sumber daya atau kemampuan untuk mengantisipasi faktor eksternal (Armawai & Wahidin, 2020) Ketahanan pribadi menurut Saidi, dkk (2022) sebagai bentuk kekuatan jati diri berperan penting dalam menghadapi tantangan terkait perkembangan teknologi dan informasi yang semakin terbuka ciri-ciri seorang warga negara yang memiliki ketahanan pribadi (Raharjo, dkk., 2017), berupa sikap mandiri, tanggung jawab, disiplin, sampai dengan sikap-sikap nasionalisme, patriotisme, bela negara dan sikap saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kompetensi keterampilan (Balitbang Kemdikbud, 2017) terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan konkret. Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan lima hal, yaitu unjuk kerja, projek, produk, portofolio, dan tertulis. Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. Unjuk kerja dilakukan selain untuk mengambil nilai keterampilan, juga digunakan untuk mengambil nilai sikap khususnya tanggung jawab dan disiplin. Sehingga akan mempengaruhi nilai akhir yang didapat oleh siswa.
Unjuk kerja di sekolah dasar dilakukan pada setiap pembelajaran. Pada pembelajaran di kelas 6, siswa selain membuat proyek pada pembelajaran di setiap tema, siswa difokuskan pada unjuk kerja dan karya sebagai pengganti ujian praktik. Unjuk kerja dan karya tersebut mencakup kompetensi seluruh mata pelajaran yang diajarkan selama enam tahun di sekolah dasar, dengan pemilahan oleh guru dan pemilihan oleh siswa berdasarkan minat siswa sendiri.
PELAKSANAAN DAN HASIL
Pembelajaran pada setelah pandemic atau awal masuk sekolah tatap muka pertama dengan proporsi siswa 25% dari jumlah keseluruhan, yaitu 8 siswa. Dengan jumlah 8 siswa tiap kelas maka satu minggu siswa masuk satu kali dan terbagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari kelompok siswa senin, selasa, rabu, dan kamis. Pada pembelajaran di kelas siswa bersikap tidak patuh dengan aturan kelas dengan masalah ramai di kelas. Ramai di kelas tersebut dengan bercanda Bersama teman sebelah. Kemudian posisi duduk siswa yang tidak tegap karena masih mengantuk serta terbiasa gerak bebas Ketika pembelajaran jarak jauh.
Pada pembelajaran dengan kebijakan sekolah 50%, dengan jumlah siswa 15 siswa tiap kelas terdapat permasalahan di kelas berupa ketidaksiapan siswa mengerjakan tugas pengayaan secara mandiri. Hal ini setelah dilakukan tanya jawab dengan siswa, ternyata siswa mengerjakan di rumah saat pembelajaran jarak jauh dibantu oleh orang tua, bahkan ada yang dikerjakan oleh kakaknya. Sehingga muncul perbedaan kemampuan siswa antara hasil belajar pembelajaran jarak jauh dan tatap muka.
Kemampuan menulis siswa di buku mengalami penurunan karena Ketika pembelajaran jarak jauh siswa terbiasa mengetik jawaban di gawai. Hal tersebut menimbulkan kelelahan siswa saat menulis di kelas.
Kebijakan penuh tatap muka dengan jumlah siswa 30 tiap kelas menambah permasalahan dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Peraturan protocol Kesehatan yang sedang dilakukan penuh dengan pelanggaran yang dilakukan siswa perempuan maupun laki-laki. Sehingga pembelajaran kadang terhenti untuk penegakan protocol Kesehatan. Penyebab siswa kelas 6 kurang peduli dengan temannya adalah ketikdaknyamanan siswa menggunakan masker selama proses belajar.
Berdasarkan atas kondisi awal di sekolah seperti yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penguatan elemen-lemen profil pelajar Pancasila yang pernah dijelaskan pada pertemuan jarak jauh secara daring. Langkah-langkah yang akan dilakukan best practices adalah sebagai siswa berdiskusi dengan guru tentang profil pelajar Pancasila dengan dikaitkan kegiatan unjuk kerja dan karya yang akan dilaksanakan minggu selanjutnya. Guru mempresentasikan tema-tema unjuk kerja dan karya yang akan dilaksanakan serta dipilih oleh siswa sendiri. Kemudian guru menjelaskan penilaian yang akan digunakan berupa elemen kunci profil pelajar Pancasila dan kompetensi di kelas 4, 5, dan 6. Siswa membentuk kelompok kerja dengan didampingi guru agar kelompok bersifat heterogen. selanjutnya siswa diberi lembar kerja tentang berbagai elemen kunci yang harus dicapai serta direkam menggunakan gawai. Guru menerima video siswa dengan memberi keterangan kegiatan elemen kunci profil pelajar Pancasila yang telah dilakukan.
Pada pertengahan kegiatan unjuk kerja dan karya yang dilakukan selama satu bulan, guru berdiskusi dengan siswa terkait hambatan dan peluang dari karya tiap kelompok. Siswa mengulang kegiatan dan memenuhi kegiatan yang ada di lembar kerja jika belum tercapai, sehingga siswa diharapkan dapat memenuhi semua elemen Profil Pelajar Pancasila. Sekolah mengadakan pameran karya dan tanya jawab seputar karya kelompok dengan lembar penilaian profil pelajar Pancasila
Guru dan siswa berdiskusi untuk merefleksi kegiatan unjuk kerja dan karya. Siswa melanjutkan karya secara berkesinambungan di kehidupan sehari-hari dengan tetap menerapkan elemen profil Pelajar Pancasila. Pembelajaran di kelas secara tatap muka penuh dengan materi pengayaan berupa materi kelas 4, 5, dan 6 sebagai materi ujian sekolah berdasarkan kisi-kisi dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya, siswa kelas 6 beraktivitas di kelas dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Penerapan dilakukan tidak secara lengkap sesuai lembar penilaian yang telah mereka capai pada kegiatan unjuk kerja dan karya. Berikut rincian capaian profil pelajar Pancasila oleh siswa kelas 6 di SDN Gubeng I.
Siswa perempuan dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan seluruh teman dalam hal belajar dan Ketika istirahat sedang berlangsung. Sedangkan siswa laki-laki terdapat tiga siswa dengan sikap kurang bertanggung jawab dalam hal menulis. Sebanyak 28 siswa dengan penuh khidmat berdoa sebelum belajar dan setelah pembelajaran. Terdapat dua siswa laki-laki yang kadang bercanda Ketika berdoa sedang berlangsung. Sebanyak 25 siswa dapat menggali informasi secara objektif dengan menyebutkan sumber Ketika bertanya jawab dengan guru penguji pada pameran unjuk kerja dan karya. Sedangkan 5 siswa yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan dua siswa perempuan menjawab tanpa rujukan jawaban yang jelas. Sehingga 5 siswa dari 30 siswa kelas 6 belum mampu membangun keterkaitan dantara berbagai informasi. Dari 30 siswa yang mematuhi protocol Kesehatan terdapat 3 siswa yang terkadang masing membuka masker dan tidak cuci tangan. Ketiga siswa tersebut terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1 perempuan. Sehingga tiga siswa di kelas 6 masih kurang peduli dan kurang suka rela dalam memelihara kondisi kelas yang kondusif.
Hasil karya kelas 6 seluruhnya merupakan karya yang asli buatan siswa sendiri. Proses pembuatan yang berkali-kali gagal dan berubah ide merupakan suatu proses belajar siswa yang bermakna dan berdampak bagi dirinya dan sekitarnya.
Karya-karya siswa setelah dipublikasikan di media social mereka masing-masing dan sudah diamati oleh guru penguji, ditemukan semua siswa berbicara dan bersikap tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Akan tetapi, setelah ditindak lanjuti oleh guru kelas setelah jangka waktu satu minggu, terdapat 20 siswa aktif bermedia social yang terdiri dari 11 siswa masih menjunjung tinggi budaya bangsa dan 9 siswa mengunggah fotonya di media social dengan deskripsi yang masih kurang sopan untuk dibaca. Sehingga 30% siswa dapat dikatakan kurang mampu menguasai elemen kunci berkebinekaan global.
PEMBAHASAN
Siswa kelas 6 telah menerapkan nilai-nilai Pancasila yang terdapat pada elemen kunci Profil Pelajar Pancasila. Penerapan tersebut memberikan dampak kepada siswa untuk mengatasi masalah di sekitar siswa. Pribadi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun beberapa siswa belum melaksanakan secara berkelanjutan. Siswa kelas 6 SDN Gubeng I telah mampu memenuhi ciri-ciri utama yaitu, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (Kemdikbud, 2020). Maka, siswa dapat menyelesaikan tantangan di kehidupan sehari-hari. Sehingga ketahanan pribadi siswa perlu dipengaruhi oleh nilai-nilai Pancasila (Widayanti, dkk., 2018). Selain itu siswa dapat menghadapi tantangan terkait dengan perkembangan teknologi dan informasi melalu melakukan hal baik di media social dengan penerapan elemen Profil Pelajar Pancasila (Saidi, dkk., 2022).
Penerapan tersebut memberikan dampak kepada siswa untuk mengatasi masalah di sekitar siswa. Pribadi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun beberapa siswa belum melaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini menyebabkan ketahanan pribadi siswa menjadi meningkat dari sebelumnya. Sehingga siswa dapat mengondisikan dirinya dalam menghadapi ujian sekolah
PENUTUP
Simpulan
Siswa kelas 6 SDN Gubeng I dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesame dengan mempertahankan budaya luhur dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Kondisi tersebut berkaitan dengan ketahanan pribadi siswa sebagai implikasi dari Profil Pelajar Pancasila
1. Sebanyak 28 siswa dengan penuh khidmat berdoa sebelum belajar dan setelah pembelajaran. Terdapat dua siswa laki-laki yang kadang bercanda Ketika berdoa sedang berlangsung.
2. Sebanyak 25 siswa dapat menggali informasi secara objektif dengan menyebutkan sumber Ketika bertanya jawab dengan guru penguji pada pameran unjuk kerja dan karya. Sedangkan 5 siswa yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan dua siswa perempuan menjawab tanpa rujukan jawaban yang jelas. Sehingga 5 siswa dari 30 siswa kelas 6 belum mampu membangun keterkaitan dantara berbagai informasi.
3. Dari 30 siswa yang mematuhi protocol Kesehatan terdapat 3 siswa yang terkadang masing membuka masker dan tidak cuci tangan. Ketiga siswa tersebut terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1 perempuan. Sehingga tiga siswa di kelas 6 masih kurang peduli dan kurang suka rela dalam memelihara kondisi kelas yang kondusif.
4. Hasil karya kelas 6 seluruhnya merupakan karya yang asli buatan siswa sendiri. Proses pembuatan yang berkali-kali gagal dan berubah ide merupakan suatu proses belajar siswa yang bermakna dan berdampak bagi dirinya dan sekitarnya.
5. Karya-karya siswa setelah dipublikasikan di media social mereka masing-masing dan sudah diamati oleh guru penguji, ditemukan semua siswa berbicara dan bersikap tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Akan tetapi, setelah ditindak lanjuti oleh guru kelas setelah jangka waktu satu minggu, terdapat 20 siswa aktif bermedia social yang terdiri dari 11 siswa masih menjunjung tinggi budaya bangsa dan 9 siswa mengunggah fotonya di media social dengan deskripsi yang masih kurang sopan untuk dibaca. Sehingga 30% siswa dapat dikatakan kurang mampu menguasai elemen kunci berkebinekaan global.
Berdasarkan rincian diatas, siswa kelas 6 telah menerapkan nilai-nilai Pancasila yang terdapat pada elemen kunci Profil Pelajar Pancasila. Penerapan tersebut memberikan dampak kepada siswa untuk mengatasi masalah di sekitar siswa. Pribadi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun beberapa siswa belum melaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini menyebabkan ketahanan pribadi siswa menjadi meningkat dari sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang proses berpikir siswa SMK dengan kecerdasan linguistik, logika matematika, dan visual spasial dalam memecahkan masalah matematika sebagai berikut:
1. Subjek dengan kecerdasan linguistik.
a). Subjek dengan kecerdasan linguistik ketika memahami masalah proses berpikirnya mula-mula membaca soal setidaknya dua kali, sehingga subjek dapat mengungkapkan semua informasi yang tersedia (yang diketahui) dan apa yang ingin didapatkan (ditanyakan) dari masalah yang dihadapi.
b). Ide rencana pemecahan masalah subjek ini berasal dari pengetahuan sebelumnya mengenai konsep tertentu atau strategi pemecahan masalah yang mirip dengan masalah yang sedang dihadapi. Selanjutnya ia mengintegrasikan konsep-konsep tertentu dan informasi relevan dari masalah tersebut untuk menghasilkan suatu rencana pemecahan masalah yaitu perbandingan.
c). Kemudian subjek mulai melaksanakan rencana sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah dibuatnya. Setiap langkah dapat diungkapkan dengan lancar tetapi terdapat kesalahan dalam menuliskan langkah pemecahan masalah. Sekalipun sampai pada jawaban akhir tetapi dia tidak menemukan jawaban yang benar.
d). Selanjutnya, subjek melakukan pemeriksaan kembali pekerjaan yang telah dibuatnya. Ia tidak melakukan aktivitas menulis atau corat-coret melainkan diam sambil memandang hasil pekerjaan yang telah dibuatnya. Pengecekan yang telah dilakukan tidak dapat membetulkan kesalahan yang ada . Sehingga solusi yang diperoleh tidak benar. Tetapi walaupun demikian, subjek ini yakin bahwa jawaban yang dibuatnya benar. Tidak nampak adanya keraguan sedikitpun terhadap hasil yang diperolehnya.
2. Subjek dengan kecerdasan logika matematika.
a). Subjek dengan kecerdasan logika matematika, ketika memahami masalah proses berpikirnya mula-mula membaca masalah tiga kali. Subjek juga mengaitkan informasi yang dibaca dengan yang ditanyakan dari masalah. Pengaitan itu membantunya dalam menentukan mana informasi yang penting dan mana yang tidak dalam struktur kognitifnya, sehingga membantunya menemukan ide pemecahan masalah yang dihadapi .
b). Untuk mempermudah memecahkan masalah subjek membuat tabel. Kemudian subjek memilah-milah mana informasi yang relevan dan mana yang tidak relevan untuk memperoleh ide rencana pemecahan masalah. Ide rencana pemecahan masalah subjek ini berasal dari pengetahuan sebelumnya mengenai konsep tertentu atau strategi pemecahan masalah yang mirip dengan masalah yang sedang dihadapi. Selanjutnya ia mengintegrasikan konsep-konsep tertentu dan informasi relevan dari masalah tersebut untuk menghasilkan suatu rencana pemecahan masalah yaitu perbandingan berbalik nilai.
c). Langkah berikutnya, subjek dengan kecerdasan logika matematika sebelum melaksanakan rencana yang telah dibuat, ia membuat tabel terlebih dahulu terkait dengan permasalahan yang dihadapi. Kemudian dengan penalarannya, ia mengisi tabel yang telah dibuat tadi dengan semua informasi yang ada di soal. Subjek dengan kecerdasan logika matematika menjalankan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai rencana. Setiap langkah dapat dituliskan dengan lancar dan tidak terdapat kesalahan dalam setiap langkah pemecahan masalah sampai diperoleh hasil yang benar.
d). Dalam hal memeriksa kembali hasil pekerjaan, subjek ini mula-mula menelusuri setiap langkah pemecahan masalah mulai dari perhitungan, perbandingan, dan sampai pada hasilnya. Selanjutnya untuk meyakinkan hasil yang telah diperolehnya, ia menggunakan cara lain. Hasil perhitungan dengan cara lain ia bandingkan dengan cara pertama dan ternyata sama. Pada waktu memeriksa hasil pekerjaanya, subjek ini melakukan manipulasi pengetahuan dalam struktur kognitifnya. Hal ini terlihat dari kemampuan subjek ini dalam mengubah permasalahan yang dihadapi menjadi persamaan yang menggunakan simbol-simbol sebagai representasi internal dalam struktur kognitifnya.
3. Subjek dengan kecerdasan visual spasial.
a) Subjek dengan kecerdasan visual spasial, pada saat memahami masalah proses berpikirnya mula-mula membaca masalah beberapa kali. Subjek juga mengaitkan informasi yang dibaca dengan yang ditanyakan dari masalah. Pengaitan itu membantunya dalam menentukan mana informasi yang penting dan mana yang tidak dalam struktur kognitifnya, sehingga membantunya dalam menemukan ide pemecahan masalah yang dihadapi.
b) Setelah memperoleh informasi dari masalah yang dihadapi, subjek ini memperoleh ide untuk memecahkan masalah. Ide itu berasal dari pengetahuan sebelumnya atau strategi pemecahan masalah yang mirip dengan masalah yang dihadapinya sekarang. Selanjutnya ia mengintegrasikan konsep-konsep tertentu dan informasi relevan dari masalah tersebut untuk menghasilkan suatu rencana pemecahan masalah yaitu perbandingan berbalik nilai.
c) Subjek dengan kecerdasan visual spasial, sebelum melaksanakan rencana yang telah dibuat, ia membuat gambar terlebih dahulu untuk memudahkan memecahkan masalah. Dengan penalarannya, ia membagi gambar tersebut menjadi bagian-bagian kecil sesuai dengan informasi pada soal tersebut. Selanjutnya, subjek melakukan perhitungan dengan perbandingan berbalik nilai sesuai dengan yang direncanakan. Untuk mendapatkan hasil akhir dari permasalahan itu, ia menjalankan semua langkah-langkah pemecahan masalah dengan benar sampai diperoleh hasil yang benar.
d) Subjek dengan kecerdasan visual spasial, mula-mula melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan yang telah dibuat dengan cara mengecek kembali setiap langkah yang telah dibuatnya dengan cara melekukan perhitungan ulang. Subjek ini sudah yakin bahwa apa yang sudah dikerjakannya sudah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Keyakinan ini karena ia mengingat informasi yang diperoleh dari pemahamannya tentang masalah atau dari representasi internal dalam struktur kognitif yang telah dibentuk sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Armawi, A., & Wahidin, D. (2020). Optimalisasi Peran Internet dalam Mewujudkan Digital Citizenship dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pribadi Siswa. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 17(1), 29-39.
Balitbang Kemdikbud. 2017. PENILAIAN PENDIDIKAN: Sistem Penilaian Hasil Belajar dan Kemampuan Guru Melaksanakan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan kebudayaan, Balitbang, Kemendikbud, 2017.
Kemdikbud. (2020). Rencana strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024.
Raharjo, R., Armawi, A., & Soerjo, D. (2017). Penguatan Civic Literacy Dalam Pembentukan Warga Negara Yang Baik (Good Citizen) Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Warga Negara Muda (Studi Tentang Peran Pemuda HMP PPKn Demokratia pada Dusun Binaan Mutiara Ilmu di Jebres, Surakarta, Jawa Tengah). Jurnal Ketahanan Nasional, 23(2), 175-198.
Rusnaini, R., Raharjo, R., Suryaningsih, A., & Noventari, W. (2021). Intensifikasi profil pelajar pancasila dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi siswa. Jurnal Ketahanan Nasional, 27(2), 230-249.
Saidi, M. R., Supriyono, S., & Al-Atok, A. R. (2022). Pengaruh Literasi Digital dan Literasi Kewarganegaraan terhadap Tingkat Ketahanan Pribadi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 7(1), 119-128.
Widayanti, W. P., Armawi, A., & Andayani, B. (2018). Wawasan kebangsaan siswa Sekolah Menengah Atas dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi siswa (studi pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) umum berasrama berwawasan nusantara, SMA umum di lingkungan militer dan SMA umum di luar lingkungan militer di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Ketahanan Nasional, 24(1), 1-26.